“Siap yang cepat-cepat bekerjasama dalam
dakwah islam ini, dia akan mendapatkan kebaikan yang lebih baik.” Hasan Al-
Banna
Sejarah para syuhada dalam
dakwah islam banyak mengukir perjalanan panjang yang begitu mulia. Salah satu
tokoh Duta islam pertama kali yang dipercaya oleh rosul untuk membangun
peradaban islam di Madinah. Ya, Mush’ab Ibn Umair yang bertempur dengan sangat
dahsyat di medan uhud hingga menemui syahid dalam keadaan tubuh mengenaskan.
Abu Dajana rela menjadi tameng bagi Rasulullah,meski untuk itu anak panah masuk
menancap di punggungnya dengan tidak bergerak se inchi pun.
Sebuah pengorbanan yang
tentunya tidaklah umum dilakukan oleh manusia pada umumnya. Mereka mampu
meraskan kenikmatan di jalan kebenaran. Menikmati lezatnya iman dan mahabah
bersama kekasihNya. Seperti halnya dakwah para pelakunya dalam kondisi apapun,
seorang mukmin akan senantiasa menikmati dan mencintainya.
Celupan Allah mampu merubah
yang batil menjadi kebaikan. Abu jahal yang ternyata diam-diam juga mengakui
kebenaran apa yang dibawa nabi Muhammad SAW. Lantaran rasul tak pernah
berbohong.
Suatu ketika datang seorang
sahabat, Abu jahal bertanya kepadanya “ Ya, Abu hakam, disini tidak ada orang
lain yang akan mendengar selain engkau dan aku. Maka dari itu aku ingin tahu
dari mulutmu sendiri, apakah Muhammad itu seorang yang benar atau pendusta?”
Betapa terkejutnya lelaki itu ketika Abu Jahal menjawab pertanyaannya itu
dengan lugas dan spontan,”. Demi Allah! Sesungguhnya Muhammad itu seorang yang
benar dan ia tidak pernah berbohong sama sekali.” Demikian anehnya yang terjadi
dalam dunia ini seorang musuh terang-terang tanpa basa-basi lagi mengakui bahwa
lawannya itu seorang yang benar.
Jalan kebenaran yang
dinikmati oleh seorang Mush’ab Bin Umair, Ksatria yang wajahnya mirip rosul,
meski jiwanya berada diujung kematian, darah bercucuran disekujur tubuhnya
membersamai kedua tangannya putus olehamukan pedang musuh.
Jalan kebenaran senikmat
para srikandi muslimah yang datang ke medan perang di akhir peperangan. Mereka
membawa kantong air untuk member minum tentara yang terluka. Mereka begitu
menikmati, meski bahaya selalu mengintai.
Jalan kebenaran ini senikmat
yang dirasakan Buya Hamka yang dalam penjara justru ia menghasilkan Tafsir Al-Azhar.
Jalan kebenaran ini senikmat
yang dirasakan Sayyid Qutb dalam jeruji besi dan diujung kematiannya ia
menghasilkan Ma’alim fi Tahriq.
Sejatinya kebathilan harus
kita ubah, diri kitalah yang akan memperjuangkannya. Bukan harus menunggu.
Dengan aqidah yang kokohlah yang tertanam dalam jiwa kita kita serta
mempersiapkan generasi mukmin yang
berkualitas.
Mari kita belajar dari
Ustadz Musthafa Mansyhur, menurut beliau “ Bila kita melakukan gaya perubahan
yang serta merta, maka ini akan mengakibatkan para pendukungnya jatuh dalam
pertarungan parsial yang mungkin akan memburukan bentuk usaha dan amal islam
serta menjauhkan manusia dari dai. Bahkan menimmbulkan tembok penghalang antara
manusia dengan mereka tanpa menemui jalan kebenaran.”
Ustadz Musthafa mansyhur mengibaratkan
dakwah ini dengan sebatang pohon kayu yang besar dan keras batangnya. Kayu
semacam ini bermula dari batang yang lembut berangsur-angsur naik tinggi,
karena menurut hikmah yang dikehendaki Allah. Setiap kali ditiup angin kencang
atau dipukul badai, dia akan melentur lembut dan condong bersama angin. Tetapi
setelah angin rebut itu reda, ia akan tegak kembali. Dari hari kehari ia tumbuh
dan membesar, akarnya terus menjalar ke penjuru, batangnya berangsur besar dan
keras sedikit demi sedikit dan condongnya pun berkurang bersama tiupan angin
sehingga kekuatan batangnya tumbuh dengan sempurna, kedalam dan menjalar jauh
akarnya serta menghujam kuat dan mampu menghadapi angina tau badai taufan
sekalipun. Ketika itulah pohon tak mudah tumbang dan tidak dapat tercabut oleh
angin ribut.
Demikian juga dengan jalan
kebenaran, ketika masa pertumbuhan dan perkembangannya, lemah dan sedikit
jumlahnya, pada tahap ini tentu tidak tepat menghadapi musuhnya dengan kekuatan
dan kekerasan. Tetapi, mesti dihadapi dengan kesabaran, ketabahan dan ridha
menerima segala derita sehingga ia menjadi suatu jam’ah yang tumbuh menjadi
kuat. Wallahu’alam bi shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar