Rabu, 18 April 2012

Aku Bangga Jadi Sarjana Pertanian,kamu?

 Anak muda adalah sejarah perlawanan dan pembelaan . Kecenderungan saat ini, generasi muda melihat pekerjaan sebagai petani yang kurang bergengsi. Jika ada para pemuda yang ingin menjadi petani, dapat dipastikan bahwa pekerjaan ini adalah alternatif terakhir karena sulitnya mencari pekerjaan lain di negeri ini. Arus globalisasi yang semakin gencar, membuat pola pikir manusia banyak berubah. Baik tentang gaya hidup, pergaulan, kehidupan sosial, maupun bidang pekerjaan. Perubahan ini terjadi terutama pada generasi muda.
Ini jelas sebuah kecenderungan yang perlu secara khusus mendapat perhatian tersendiri. Dapat dibayangkan, bagaimana jadinya sektor pertanian negeri ini jika 50% lebih pelakunya mereka yang sudah berusia lanjut. Apabila tidak tertangani dengan baik, dikhawatirkan yang akan muncul kemudian fenomena "no-hope agricultural", terutama bagi generasi muda dalam lingkup masyarakat pertanian itu sendiri.

Kecenderungan alumni Fakultas Pertanian yang memilih bekerja justru di luar sektor pertanian adalah salah satu indikasi penting yang mengundang perhatian untuk menelaahnya secara mendalam. Langkah-langkah nyata dibutuhkan untuk meyakinkan generasi muda bahwa sektor pertanian masih menjanjikan. Dalam konteks pembangunan pertanian, istilah "regenerasi petani", sangat diperlukan. Kita penting memiliki sebuah model regenerasi yang senafas dengan kebutuhan dan tuntutan anak-anak muda pedesaan
Kita perlu menyusun langkah-langkah nyata agar bertani tetap menjadi pilihan hidup dan memiliki masa depan cerah. Kesan petani merupakan warga negara yang terpinggirkan sudah waktunya diganti dengan ungkapan yang lebih enak didengar. Begitu pula dengan pencitraan bahwa petani akan selalu menjadi korban pembangunan, sudah saatnya kita ubah dengan suasana yang lebih seirama dengan idealisme kemerdekaan bangsa ini.
Petani perlu dikesankan sebagai bidang kerja terhormat. Petani adalah sebuah pilihan hidup. Menjadi petani bukan berarti dirinya terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan yang tak berujung pangkal. Namun dengan kehendak untuk bangkit mengubah nasib. Inilah salah satu pertimbangan penting, mengapa revitalisasi pembangunan pertanian dalam penerapannya di lapangan, perlu memasukkan regenerasi petani sebagai salah satu prioritas kegiatannya. Kita wajib menampilkan kualitas petani lewat pencitraan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Penting untuk mengampanyekan "de-motivasi petani" dalam berbagai kesempatan. Predikat petani penting disiapkan agar tidak kalah populer dengan predikat politisi, pegawai, pengusaha dan lain sebagainya.
Kawan-kawan petani muda Indonesia marilah kita bersama memajukan sector pertanian dengan menjadi bahan bakar lokomotif pertanian Indonesia. Kami yakin dizaman globalisasi ini Yang kuat akan makin dominan, yang lemah akan semakin tergusur ke pinggiran.  Dengan belajar dari kekeliruan masa lalu, kita hendaknya selalu ingat bahwa sektor pertanian pernah menyelamatkan bangsa dan petani menjadi tulang punggung bangsa di masa krisis. Kecenderungan arah kapitalisme dan liberalisme ekonomi seperti yang terjadi dewasa ini, tentu saja tidak akan membuat rakyat dan petani menjadi sejahtera.
            Anak-anak muda selamanya adalah energi peradaban yang mengalirkan sungai sejarah.setiap kali energi itu meledak, sejarah sgera mencatat peristiwa-peristiwa dan langit menjadi saksi. Sebuah lembaran kehidupan baru dari buku sejarah manusia telah dibuka.Sejarah, Kata Malik bin Nabi adalah Catatan statistik Tentang denyut hari gerak tangan, langakah kaki, dan ketajaman akal .              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar