Senin, 28 Mei 2012

Air Mata Untuk Dakwah dan Keluargaku


Perjalanan Hidup ini seringkali kita mendapati sebuah episode-episode  dimana diri kita merasakan kebahagiaan, bersabar dalam setiap ujian, berbangkit diri  kala duka menerpa dan semuanya adalah bagian scenario yang tuhan berikan. Bahkan kedewasaan dalam diri kita terbentuk dalam menghadapi ujian dari tuhanNya. Semakin dewasa adalah sebuah tanggung jawab bagi buah hati untuk selalu membuat Ayah dan ibu kita tersenyum. Bertambah usia kita akankah semakin menjauhkan diri kita pada orangtua. Mungkin ini sangat sedikit yang menyadari, pernah kah kita terbayang kapan terakhir kita memeluk Ayah? Mencium tangan ibu bahkan jarang karena sebuah rasa malu dengan kedewasaan kita? Kita tahu bahwa Anak merupakan dambaan setiap orang. Kehadirannya menjadi penyejuk pandangan orang tua, menjadi penggembira ketika susah, dan menjadi penghibur qalbu ketika gundah gulana. Sedikit kita mengingat segala kesalahan yang kita perbuat terhadap Ayah dan ibu kita.

Kalimat “Anakku sayang”, akan senantiasa terucap meski sang ibu atau bapak sedang mengalami sakit yang parah. Panggilan mesra penuh doa dan harap kepada sang anak tak pernah kita sadari dengan balasan kebaikan untuk orang tua kita. Ayah bersusah payah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi bagi keluarga. Inilah Nurani Ayah “Biar ayahmu susah asal kamu tetap senang”, demikian ucapan seorang ayah yang sangat sayang pada anaknya.Seperti kisah Bapak Dori yang memiliki kondisi fisik yang sangat jauh dari keseempurnaan. Dori berjuang untuk selalu menafkahi walau dengan helai berkah selada air beliau mempertahankan sebuah kemuliaan untuk anak dan keluarga dan istrinya. Dori tak pernah meminta-minta, walau dengan kondisi cacat ia mengais rupiah dengan selada airnya. Inilah ucapan yang terlantun dari lisan seorang Ayah kepada Anak dan istrinya ”Tuhan itu adil. Saya punya uang sedikit untuk kasih makan anak. Sampai akherat yang ditanyain soal anak. Tapi kalau banyak harta, yang ditanyain hartanya. Alhamdulillah, Tuhan menitipkan anak, ya saya rawat. Kalau saya nanti meninggal, anak yang mendoakan”

Anak adalah titipan Tuhan. Tubuh boleh cacat, tapi Dori tetap menyempurnakan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Selada air yang terhampar di lereng gunung Slamet menjadi sumber rupiah bagi Dori. Bila selada air sedang tak laku dijual, Dori & keluarga terpaksa makan ganyong demi mengganjal perut yang lapar. Pastilah ayah kita akan selalu menguatkan keluarganya walau harus payah ia harus berjuang demi sekeping rupiah serta kebahagiaan keluarganya. Ayahanda kita tak pernah luput sebuah munajat pada tuhanNya. Seraya bermunajat dengan penuh harap kepada Allah Rabbul ‘alamin:
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Al Furqan: 74)

Sosok anak tidak akan dapat terlepas dari ayah dan ibunya. Bagaimanapun keadaannya, ia adalah bagian dari keduanya. Dia adalah darah daging keduanya. Rahim ibu adalah tempat buaiannya yang pertama di dunia ini. Air susunya sebagai sumber makanan yang menumbuhkan jasadnya. Kasih sayang ibu adalah ketenangan yang ia selalu rindukan. Kerelaan ibu untuk berjaga membuat nyenyak tidur. Kegelisahan ibu menyisakan kebahagian untuknya. Timangan ayah dirasakan sebagai kekokohan. Perasan keringat ayah memberikan rasa kenyang dan hangat bagi dirinya. Allah berfirman (artinya):
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu.
(Luqman: 14)

Seperti halnya dengan Mbah Sanari yang berjuang dalam keadaan yang bersahabat dengan kemiskinan. Ia tak pernah menyerah untuk tetap bertahan hidup dengan anaknya, Diusia Senja ia penuh harap punya cukup waktu menabung, demi membeli kain kafan untuk bekal saat ia meninggal nanti. Sebuah surat yang kutulis dan membujur dimeja kerja Ayah ‘Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku? Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali aku bertanya, ayah hanya tersenyum.  Hatiku perih, ayah. Semua kenangan itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku,  tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah… Air mata ini untuk ayah”.

Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua.
Do’a Nabi Zakaria ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:  

“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.”
(QS. Ali Imran: 38)

Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam:
Ya Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.”
(QS. Al Baqoroh: 128)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan lukman:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.

Saudaraku , di antara buah dan tanda kebaikan kita diterima yaitu kebaikan tersebut berbuah pada kebaikan selanjutnya. Jika kita mengerjakan shalat, maka itu pun membuahkan kita rutin mengerjakannya dan menjauhi kemungkaran. Jika kita shalat malam, maka tanda diterimanya kebaikan tersebut adalah jika kita berusaha terus untuk rutin shalat malam. Jika kita telah berhaji, maka itu membuahkan kita gemar menjaga shalat wajib, shalat sunnah, rajin berderma dan melakukan segala kebaikan lainnya 

"Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita"; memihak dan membela, menjamin dan menjaga; meridhai dan mengaruniakan pahala.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; di perjalanan yang panjang titiannya, sedikit pendukungnya, banyak timpaannya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; rasakan pengawasanNya, hati-hatilah dari mendurhakaiNya, takutlah akan murkaNya.
"Janganlah berduka; sungguh Allah bersama kita"; mohonlah ampunNya, pintalah rahmatNya, teruslah berbincang mesra denganNya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; sucikan prasangka, lapangkan dada, maklumi kekurangan sesama, maafkan kesalahannya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; ingat dan dekatilah, takut dan berharaplah, memuji dan mengabdilah. Cintailah.

Mimpi terburuk adalah bertemu ‘amal jelek kita; dalam tidur yang disebut kubur; lalu saat bangun, terhalangi dari rahmatNya.
-Asy Syafi’i-




3 komentar:

  1. Aku tidak ingin ayah pergi. Tapi Allah lebih sayang. Ayah, semoga kita nanti dipertemukan di Surga-Nya bersama Rasulullah dan para sahabat T.T

    BalasHapus
  2. ‘Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku? Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali aku bertanya, ayah hanya tersenyum.Hatiku perih, ayah. Semua kenangan itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku,tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah… Air mata ini untuk ayah”.

    BalasHapus
  3. Berusaha berbuat baik berbakti kepada orang tua jaga aib kita juga aib orang?

    BalasHapus