Sepanjang perjalanan hidup
kita sering pribadi-pribadi ini tidak terlepas dari sebuah kesalahan atau
bahkan dosa yang kian hari menumpuk. Pintu taubat yang Allah berikan sangatlah
terbentang luas bagi hamba-hambanya. Penyesalan merupakan kunci awal untuk
menuju perubahan kerah jalan yang lebih baik. Sebuah pandangan negative dari
orang lain terhadap diri kita akan dosa atau bahkan aib, semuanya dimata Allah
mampu terhapuskan segola noda dan dosa kita kala lantunan taubat terucap dari
keikhlasan lisan dan hati untuk menjemputnya. Kesanggupan menutup aib saudara
dipadu keterampilan menasehati & ketulusan doa ialah daya agung ukhuwah
yang kian langka. Aib orang yang kita tahu ialah amanah tuk kita jaga. Allah
membayar penjagaan itu dengan penjagaanNya yang jauh lebih tepercaya. Sahabat Umar bin Khattab
saat berada dititik kekafirannya justru hidayah Allah menghampirinya. Hal ini
sangat tidak terduga oleh para kaum muslimin saat itu. Umar yang begitu
membenci islam harus tertunduk lemah saat mendengar Aisyah membacakan ayat-ayat
Allah di kediamannya. Umar bahkan di cap sebagai orang yang tidak akan pernah
mendapat hidayah dan ampunan dari Allah SWT karena kekafirannya. Pernyataan
inilah yang tidak pantas terucap dari seorang kaum muslimin. Sungguh Allah tahu
kualitas keimanan hambanya, Umar semakin bangkit dari kejahiliyahan menuju
cahaya islam. Selama hidup umar mengabdikan untuk Allah dan Rosulnya sampai
titik darah penghabisan.
Di kalangan Bani Israil,
ada seorang pendosa, khazanah kemaksiatannya sebilangan pasir di gurun,
melimpah bertimbun-timbun. Tetapi hidayah Allah menyapa, dia disergap takut
oleh dosa-dosa. Semua khilaf menghantui kala sepi, mencekamkan malu saat ramai.
Maka dengan cemas hati, ke negeri jauh dia melarikan diri, menuju tanah baru,
menutup pintu rayuan dosa & keliru dari masa lalu. Dia arungi padang pasir
yang menyengatkan terik, batu & kerikil terasa menyala, & matahari sama
sekali tak bercadarkan awan. Dalam langkah-langkah yang menyiksa tubuh &
memayahkan jiwa itu, dia berjumpa kawan perjalanan. MasyaaLlah, beliau seorang
Nabi. Menghadapi cuaca begitu beratnya, sang Nabi berkata pada si pendosa,
“Mari berdoa, agar Allah payungkan awan di perjalanan kita!” Memerah muka sang
pendosa, takut-takut dia berkata, “Demi Allah, aku malu meminta hal itu, aku
amat sungkan menghiba padaNya.” Nabi Bani Israil itu tersenyum, “Baiklah aku
yang berdoa. Kau cukup aminkan saja!” Tak lama, awanpun menaungkan bayang teduhnya.
Lalu tibalah di persimpangan, beda tujuan haruskan mereka berpisah jalan.
Setelah salam terkata, masing-masing menempuh arahnya. Alangkah terkejut Nabi
itu ketika mendapati awan yang menaungi selama perjalanan mereka berdua kini
tak lagi bersama dirinya.
Yang menakjubkan, ternyata
awan tersebut tetap menaungi lelaki yang tadi bersamanya. Bergegas sang Nabi
berbalik menghampiri. “Saudara! Tunggu! Kaubilang tadi tak punya keutamaan
apapun, bahkan berdoapun merasa tak layak, tapi awan itu malah mengikutimu!” “Katakan
padaku”, desaknya, “Apa yang menjadi rahasia kemuliaanmu di sisi Allah sehingga
justru ucapan Aamiin-mu yang dikabulkan! Lelaki itu kebingungan. “Apa? Aku tak
tahu duhai Nabi Allah.. Aku tak tahu.. Aku hanya pendosa nista yang lari dari
masa lalu..” “..Aku ahli maksiat yang hina, & kini begitu haus akan ampunan
Rabbku!”, ujarnya. “Itulah dia! Itulah dia!”, sahut Sang Nabi. Kemuliaan sang
pentaubat dalam perjalanan memperbaiki diri, telah mendahului keutamaan seorang
Nabi untuk beroleh naunganNya. Sesak jiwa & sempit dada sebab terinsyaf
dosa-dosa, meleleh airmata sebab takut padaNya, ialah harga bahagia di hidup
berikutnya.
Semoga kita bukan hamba
yang karena banyak minta & merasa belum terkarunia, limpahan nikmat tak
tersyukuri & dosa tak tertaubati. Semoga kita adalah hamba yang jika
berdoa, bukan hanya isi pinta yang jadi hasrat utama, tapi bermesra
denganNya-lah hajat mulia. Ujar Hasan Al Bashri, "Hukuman atas dosa bukan
terputusnya rizqi, melainkan terputusnya munajat mesra dengan Ilahi." Mari
benahi. Maka beruntung yang dosanya mengantar pada taubat nashuha, yang
ibadahnya tak membuat berbangga, hanya harap-cemas akan ridhaNy. Kekayaan
terbesar pagi ini adalah dosa yang diampuni, ibadah yang diridhai, nikmat yang
tersyukuri, & musibah yang tersabari Adalah rahmatNya, Allah jadikan rasa
kaya & bahagia itu dalam dada, ridha pada pembagian & ketetapanNya,
dunia ringanlah saja.Pagi indah dengan pesan 'Utsman; "Bergalau soal dunia
jadi kegelapan dalam dada. Gelisah akan akhirat ialah cahaya terangi
jiwa." Semoga Allah menolong hingga tergapai ikhlasnya maksud &
ihsannya upaya menjemput.
Jangan biarkan masa lalu
mengurungmu dari upaya produktif mengejar kebaikan di masa kini dan masa depan.
Jika terlanjur dosa, moga mendekatkan padaNya dengan taubat nasuha. Jika taat
terlaksana; moga tak menjauhkan dariNya sebab berbangga serta Jangan merasa
aman dari berbuat dosa.Jadilah hatimu selalu tersenyum pada Langit. Jadilah
bibirmu selalu tersenyum pada Bumi. Izinkanlah surga rindu padamu. Iman tak
menjamin kita tuk selalu berlimpah & tertawa karena "Allah
menyembunyikan para kekasihNya di antara manusia", agar kita rendah hati,
memuliakan sesama, & sibuk berbenah diri. Tapi ia membuat kita merasai
lembut cintaNya pada apapun dera yang menimpa. Berdekatlah dengan dia yang
hatinya selalu mengingati Allah, agar nafas-nafas tasbihnya mensurgakan suasana,
saat galau yang membuat berdzikir. Damai
yang membuat berfikir. Tafakkur yang membuat tak kikir. Semuanya indah.
Referensi : Majelis Jejak Nabi twitter@salimafillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar