Perjalanan
Hidup ini seringkali kita mendapati sebuah episode-episode dimana diri kita merasakan kebahagiaan, bersabar
dalam setiap ujian, berbangkit diri kala
duka menerpa dan semuanya adalah bagian scenario yang tuhan berikan. Bahkan
kedewasaan dalam diri kita terbentuk dalam menghadapi ujian dari tuhanNya.
Semakin dewasa adalah sebuah tanggung jawab bagi buah hati untuk selalu membuat
Ayah dan ibu kita tersenyum. Bertambah usia kita akankah semakin menjauhkan
diri kita pada orangtua. Mungkin ini sangat sedikit yang menyadari, pernah kah
kita terbayang kapan terakhir kita memeluk Ayah? Mencium tangan ibu bahkan
jarang karena sebuah rasa malu dengan kedewasaan kita? Kita tahu bahwa Anak merupakan dambaan setiap orang.
Kehadirannya menjadi penyejuk pandangan orang tua, menjadi penggembira ketika
susah, dan menjadi penghibur qalbu ketika gundah gulana. Sedikit kita mengingat
segala kesalahan yang kita perbuat terhadap Ayah dan ibu kita.
Kalimat “Anakku sayang”, akan senantiasa
terucap meski sang ibu atau bapak sedang mengalami sakit yang parah. Panggilan
mesra penuh doa dan harap kepada sang anak tak pernah kita sadari dengan
balasan kebaikan untuk orang tua kita. Ayah bersusah payah dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi bagi keluarga. Inilah Nurani Ayah “Biar ayahmu susah asal
kamu tetap senang”, demikian ucapan seorang ayah yang sangat sayang pada
anaknya.Seperti kisah Bapak Dori yang memiliki kondisi fisik yang sangat jauh
dari keseempurnaan. Dori berjuang untuk selalu menafkahi walau dengan helai
berkah selada air beliau mempertahankan sebuah kemuliaan untuk anak dan
keluarga dan istrinya. Dori tak pernah meminta-minta, walau dengan kondisi
cacat ia mengais rupiah dengan selada airnya. Inilah ucapan yang terlantun dari
lisan seorang Ayah kepada Anak dan istrinya ”Tuhan itu adil. Saya punya uang sedikit untuk
kasih makan anak. Sampai akherat yang ditanyain soal anak. Tapi kalau banyak
harta, yang ditanyain hartanya. Alhamdulillah, Tuhan menitipkan anak, ya saya rawat. Kalau saya nanti meninggal,
anak yang mendoakan”
Anak adalah titipan Tuhan. Tubuh boleh cacat, tapi
Dori tetap menyempurnakan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Selada air
yang terhampar di lereng gunung Slamet menjadi sumber rupiah bagi Dori. Bila
selada air sedang tak laku dijual, Dori & keluarga terpaksa makan ganyong
demi mengganjal perut yang lapar. Pastilah ayah kita akan selalu menguatkan
keluarganya walau harus payah ia harus berjuang demi sekeping rupiah serta
kebahagiaan keluarganya. Ayahanda kita tak pernah luput sebuah munajat pada
tuhanNya. Seraya
bermunajat dengan penuh harap kepada Allah Rabbul ‘alamin:
“Wahai Rabb kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang
bertakwa.”
(Al Furqan: 74)
Sosok anak tidak akan
dapat terlepas dari ayah dan ibunya. Bagaimanapun keadaannya, ia adalah bagian
dari keduanya. Dia adalah darah daging keduanya. Rahim ibu adalah tempat
buaiannya yang pertama di dunia ini. Air susunya sebagai sumber makanan yang
menumbuhkan jasadnya. Kasih sayang ibu adalah ketenangan yang ia selalu
rindukan. Kerelaan ibu untuk berjaga membuat nyenyak tidur. Kegelisahan ibu
menyisakan kebahagian untuknya. Timangan ayah dirasakan sebagai kekokohan.
Perasan keringat ayah memberikan rasa kenyang dan hangat bagi dirinya. Allah
berfirman (artinya):
“Dan Kami wasiatkan
kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan payah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu.
(Luqman: 14)
Seperti halnya dengan
Mbah Sanari yang berjuang dalam keadaan yang bersahabat dengan kemiskinan. Ia
tak pernah menyerah untuk tetap bertahan hidup dengan anaknya, Diusia Senja ia
penuh harap punya cukup waktu menabung, demi membeli kain kafan
untuk bekal saat ia meninggal nanti. Sebuah surat yang kutulis dan membujur dimeja
kerja Ayah ‘‘Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang
selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga
kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku
tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku?
Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali
aku bertanya, ayah hanya tersenyum. Hatiku perih, ayah. Semua kenangan
itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku, tidak ada
seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah… Air mata
ini untuk ayah”.
Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan
disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua.
Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba
Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan
dirawat dengan baik oleh orangtua.
Do’a Nabi Zakaria
‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.”
(QS. Ali Imran: 38)
Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam:
“Ya Rabb kami
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.”
(QS. Al Baqoroh: 128)
(QS. Al Baqoroh: 128)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan
lukman:
“Dan (ingatlah) ketika
Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai
anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua
tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah
kembalimu.
Saudaraku , di antara
buah dan tanda kebaikan kita diterima yaitu kebaikan tersebut berbuah pada
kebaikan selanjutnya. Jika kita mengerjakan shalat, maka itu pun membuahkan
kita rutin mengerjakannya dan menjauhi kemungkaran. Jika kita shalat malam,
maka tanda diterimanya kebaikan tersebut adalah jika kita berusaha terus untuk
rutin shalat malam. Jika kita telah berhaji, maka itu membuahkan kita gemar
menjaga shalat wajib, shalat sunnah, rajin berderma dan melakukan segala
kebaikan lainnya
"Jangan berduka, sungguh Allah bersama
kita"; memihak dan membela, menjamin dan menjaga; meridhai dan
mengaruniakan pahala.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; di perjalanan
yang panjang titiannya, sedikit pendukungnya, banyak timpaannya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; rasakan
pengawasanNya, hati-hatilah dari mendurhakaiNya, takutlah akan murkaNya.
"Janganlah berduka; sungguh Allah bersama kita"; mohonlah
ampunNya, pintalah rahmatNya, teruslah berbincang mesra denganNya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; sucikan
prasangka, lapangkan dada, maklumi kekurangan sesama, maafkan kesalahannya.
"Janganlah berduka, sungguh Allah bersama kita"; ingat dan
dekatilah, takut dan berharaplah, memuji dan mengabdilah. Cintailah.
Mimpi terburuk adalah bertemu ‘amal jelek kita;
dalam tidur yang disebut kubur; lalu saat bangun, terhalangi dari rahmatNya.
-Asy Syafi’i-
Aku tidak ingin ayah pergi. Tapi Allah lebih sayang. Ayah, semoga kita nanti dipertemukan di Surga-Nya bersama Rasulullah dan para sahabat T.T
BalasHapus‘Ayah, lihatlah air mataku. Air mata anakmu yang selalu mencintaimu. Ayah selalu bilang sayang padaku tetapi ayah tidak menjaga kesehatan, membuat ayah menjadi sakit, kenapa yah? Aku juga mencintaimu, Aku tidak ingin ayah pergi. Jika aku menangis, siapa yang akan mengusap air mataku? Jika aku kangen, siapa yang memelukku? Ayah tidak pernah menjawab setiap kali aku bertanya, ayah hanya tersenyum.Hatiku perih, ayah. Semua kenangan itu, senyuman itu selalu membuat berlinang air mataku,tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya , karena aku rindu padamu, Ayah… Air mata ini untuk ayah”.
BalasHapusBerusaha berbuat baik berbakti kepada orang tua jaga aib kita juga aib orang?
BalasHapus