Sabtu, 18 Agustus 2012

Syawal Keminclong Atine “Menguak Hati Nurani Sambil Merenungi Zaman Menatap Masa Depan”

Allahu Akbar….Allahu Akbar….Allahu Akbar
La ‘illaha ‘illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahilhamd

Pertama kali dan yang paling utama sekali, selaku manusia-manusia yang senantiasa mengaku dan berikrar: Bahwa Allah adalah Tuhannya, sedang Muhammad adalah utusanNya.

Marilah dalam kesempatan yang sebaik ini, kita bersama-sama memanjatkan puja dan puji serta rasa syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Yang Maha Pengasih tidak pilih kasih, dan Yang Maha Penyayang dari segala nan kasih sayang.

Dia-lah yang Maha Besar, Andaikata air laut Tuan Ubah menjadi tinta, kayu-kayu di hutan rimba belantara Anda ubah menjadi kata, niscaya tidak akan dapat melukiskan tentang: Keagungan maupun KebesaranNya, Maha Besar Allah dan Maha Kecil manusia.

Kemudian daripada itu, mari kita sampaikan salam sejahtera gelimang sayang curahan kasihnya Allah, semoga atas junjungan kita bersama Rasulullah Muhammad saw. Yang meskipun beliau dikenal sebagai orang yang buta huruf, namun tidak buta hati. Seorang Rosul yang telah mengajarkan kepada umatnya, bagaimana cara mengenal sikap serta watak manusia ini. Diperkenalkan kepada umatnya, siapa-siapa manusianya yang pura-pura menjadi teman, tetapi sesungguhnya dia adalah lawan dalam selimut, siapa orang kafir dan siapa orang munafik, mana orang muslim dan mana pula orang yang bukan mukmin.


Selanjutnya kita sampaikan pula, salam sejahtera gelimang sayang curahan kasihnya Allah, semoga atas para sahabat Nabi, di mana semangat juang mereka didalam membela Allah dan RasulNya, ibarat orang berkata: tak pernah lekang oleh panasnya perjuangan dan tak pernah lapuk oleh hujan penderitaan, sehingga berkat dukungan semangat juang sedemikian coraknya, Islam dan ajaran-ajaran ini sampai ke tangan generasi zaman kita ini.

Allahu akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd

Dengan Terbenamnya mentari di ufuk barat dan telah terbit kembali. Maka bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan telah memberikan hikmah didikan kepada manusia, dia telah pergi dan pulang sambil membawa catatan serta kenangan dari penyaksiaan atas amal perbuatan insani selama sebulan penuh. Dia telah kembali menghadap ke haribaan Allah, Melaporkan hasil surveynya selama ini. Dan Insya Allah Dia akan berkunjung kembali tahun depan.

Sekaligus peristiwa itu, mengantarkan manusia ini kepada suatau hari : yang disebut hari raya idul fitri atau hari kembalinya manusia ke fitrah asal mulanya. Seperti diketahui bersama, bahwa sahnya hari ini adalah satu dari dua hari raya di dalam agama islam, atau hari besar Islam. Yakni: suatu hari dikandung maksud guna membesar-besarkan dan mengagung-agungkan asma Allah dan sesungguhnya dihari ini tidaklah bermaksud membesar-besarkan hawa nafsu ini, setelah di didik dan dikendalikan oleh yang namanya puasa di bulan kemarin.

Oleh karena itu, didalam berhari raya semacam ini, mari jadikan starting point atau titik tolak untuk melaksanakan hasil didikan Ibadah Puasa kemarin, seraya bertaffaqur atau berfikir jauh ke depan guna memepersiapkan diri ini untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang mungkin lebih berat ketimbang tugas dan kewajiban sebelum berpuasa bulan kemarin. Ibarat orang berukara kata: Jadikan hari raya Idul Fitri sekarang ini, laksana sebuah pangkalan sebagai tempat bertolak dan sebagai pelabuhan tempat bersauh nantinya.

Manusia telah jauh dan sedang mengkhianati nuraninya sendiri. Kepandaian makin meningkat, Kepintaran makin melangit, kecerdasan dan kecerdikan makinmelejit. Namun, yang namanya tanggung jawab makin terbengkalai. Apakah itu tanggung jawab kelangit sebagai tempat bergantung? Ataukah itu tanggung jawan ke bumi sebagai tempat berpijak? Akibatnya manusia persis kaya babi yang berhias diri. Walaupun babi berhias memakai hiasan permata mutu manikam. Babi tetap babi, Jorok, kotor dank eras kepala.

Manusia mencari damai dibumi, tapi tidak pernah dibina damai di hati. Manusia selalu bertengkar dan berperang. Namun nyaris selalu kalah. Kalah oleh keserakahan, Kalah oleh hawa nafsu, kalah bertekuk lutut dihadapan putus asa, kalah dan keok oleh yang namanya kepentingan pribadi.

Manusia lebih banyak mneropong kealpaan dan kesalahan orang lain, malahan pura-pura tidak mau tahu akan keluputan sendiri. Coba siapakah yang berani acung tan dan angkat bicara bahwa ternyata: Aku ini pengebir amanat, aku ini pendusta dan pembohong, aku ini pencuri pemakan suap, aku ini koruptor maling harta rakyat.

Bukankah kalau boleh dipercaya, semua orang mengaku tidak pernah hidup dan berkehidupan mewah-mewahan, yang tidak seimbang dengan penghasilan dan pedapatannya yang halal menurut syara’ agama. Hampir setiap orang cenderung membentuk barisan keseragaman, bukan komposisi yang harmonis lagi manis. Hampir semua orang berlomba dan berpacu dalam satu ruang maupun waktu yang sama untuk ikut arus, condong kemana angina berlalu, cari aman dan ambil muka. Hingga orang lebih terpesona berbicara dengan penampilan ketimbang orang berkata dengan perbuatan.

Bukankah hingga hari ini, setiap orang lebih gampang memberi nasihat, kritik dan saran, daripada diberi nasihat dan diperingatkan. Bukankah hingga hari ini, kamus yang umum berlaku adalah dia yang salah dan akulah yang benar, bukan urusan saya, tapi tanggung jawab yang ada disana. Bahasa yang begitu coraknya hamper tiap hari bergema, saling melempar tanggung jawab.

Seyogyanya, mulai saat ini harus mengkaji kembali, sampai dimana dan sejauh manakah tanggung jawab masing-masing pribadi terhadap keberadaannya di muka bumi ini. Maupun keberadaan orang lain di tempat sama. Seharusnya semua pertanggungjawaban itu di tanyakan kepada diri sendiriini, semenjak mulai sekarang, bukan nanti. Sebab apabila ditangguhkan nanti saja, pasti akan terlambat dan jelas telat. Lantaran yang namanya nanti atau kelak itu, segera akan jadi sekarang, sebagaimana yang namanya sekarang akan mendadak jadi kemarin.

Mula-mula manusia berharap dan bekerja dengan disertai cita angan yang mulia, lalu kebanyakan dari mereka lupa diri dari langkah semula, yang kemudian manusia saling menuding menyalahkan satu sama lain, Jika disana ada bencana dan musibah datang menjelang, sesudah itu lantas manusia putus asa kembali.

Manusia diciptaka Tuhan bukanlah kehendak manusia, bukan pula manusia yang menjadikan dirinya. Bumi tempatnya tegak dan berpijak. Tidaklah manusia yang membikin, manusia hanya telah mendapati bumi itu ada. Langit pun dijumpai manusia telah menjadi atap dan tangan manusia tidak ikut campur menatanya. Namun, sayang manusia jarang memikir sampai kesitu, bahakan kebanyakan manusia ini tidak mau menggunakan akal dan pikirannya menurut titah-titah illahi, jangkauan pandangannya sering terlalu sempit dan dangkal. Hingga manusia berkejaran membangun dunia, tapi cuman sekedar dunianya masing-masing. Yang lebih celaka manusia ini didalamnya didalam membangun dunianya tadi, mereka sangat mengorbankan nasib masa depannya. Konon kabarnya sekarang kan zamannya dimana-mana orang bisa melakukan penumpukan bukan pemrataan.

Tanyalah pada diri ini, berapa banyak penyelwengan yang telah dilakukan, berapa banyak kerusakan yang telah diakibatkan. Kemudian bandingkan dengan, berapa banyak amal jasa yang telah ditanamkan, berapa banyak manfaat yang telah dihasilkan.

Mari singsingkan lengan baju ini, hadapi hari esok itu dikira-kirakan sulit untuk diramalkan keindahannya, namun bisa dan dapat dipersiapkan kegemintangannya mulai sekarag, sekarang ini bukan besok atau lusa.

Tempuh dan arungilah hari nan fitri ini dan hari-hari berikutnya hingga nanti datangnya lebaran tahun mendatang, dengan langkah tegap nan pasti, penuh keyakinan kepercayaan pada diri ini, untuk meraih kembali kebesaran dan kejayaan umat islam, umat Muhammad.

Ketahuilah sejarah membuktikan betapa Rasulullah Muhammad saw, memperoleh kesuksesan dan kemenagan dalam perjuangannya, beliau bukan hanya dengan mengangkat tangan keatas saja, tetapi beliau juga berjuang langsung turun ke medan. Kebesaran dan kejayaan umat Muhammad dahulu bukanlah semata-mata hadiah dari langit, namun didapat melalui simbahan keringat, cucuran air mata, tetesan darah dan kerja keras oleh masing-masing pribadi umat.

Orang yang biasa dan bisa mengambil sari pati manfaat dari sutu pelajaran sejarah atau riwayat masa lalunya, dia tiada akan mencoba-coba main spekulasi dalam setiap langkah derap hidupnya guna menempuh cita perjuangannya. Memang benar juga, bahwasahnya mengukir serta membuat sejarah yang baik dan gemilang itu ternyata tidak semudah mengatakannya dan tidak pula segampang melaksanakannya. Dan jika kita renungkan dalam-dalam, kiranya kita ini sesungguhnya memiliki potensi dan kemampuan untuk mengukir dan membuat sejarah yang baik dan gemilang itu. Cuman sayangnya potensi dan kemampuan itu semntara ini tengah menghilang, entah kemana terbangnya.

Allahu akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd

Kita jangan terlalu bangga dengan masjid-masjid yang baru kita bangun. Padahal, kita tidak pernah memperhatikan mereka umat islam, yang langsung maupun tidak langsung telah mendidik dan membiarkan putera-puterinya untuk menjauhi masjid sendiri.

Kita pun jangan cepat-cepat menempuk dada ini, dengan orang-orang yang baru memeluk agama Islam dari kepercayaan lain. Padahal kita sendiri tidak mau peduli akan orang-orang islam, yang secara sadar tidak sadar mereka telah mendorong dan melemparkan jauh-jauh anak keturunnya dari islam dan ajaran-ajarannya. Sehingga seribu yang masuk tidak akan lebh dari sepuluh ribu yang keluar.

Dengan demikian dapat diharapkan , bila setiap pribadi dari seorang Muslim, sudah mau memulai dirinya untuk bangkit dan sadar akan tanggung jawabnya selaku Muslm, maka hal itu adalah suatu pertanda permulaan kebangkitan islam dan umatnya.

Bila setiap pribadi dari seorang Mukmin, sudah mulai dari dirinya, untuk mengutamakan shalat berjam’ah daripada shalat menyendiri, sebagai misal, maka yang seperti itu, merupakan suatu perbuatan permulaan untuk memakmurkan masjid dengan jama’ahnya. Sekaligus memperkokoh tali silaturahmi antar umat ini.

Bila setiap pribadi dari seorang pengucap syahadat itu, sudah memulai dari pribadinya sendiri, untuk memperhatikan secara sungguh-sunguh kepentingan umat disamping kepentingan pribadinya, maka yang begitu macam coraknya adalah suatu awal perbuatan bagi terwujudnya ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan islam, dan sekaligus pula bagi terbentuk prinsip Kaljasaadil Wahid.

Sesungguhnya umat Islam itu laksana tubuh yang satu, dimana jika salah satu anggota dari tubuh yang satu disakiti atau dianiaya, maka anggota tubuh yang lain itu pasti merasa sakit juga. 

Allahu akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd

Tak berkurang kekayaanMu jika Kau ijabah pintaku. Tak susut kerajaanMu jika Kau ampuni dosaku. Maka ya Rabbi, aku menengadah di depan Duli. Akhirnya Di Penghujung Ramadahn Bersambut Syawal Keminclong Atine, Sejenak kita menadahkan tangan bermunajat dan berdo’a kehadirat illahi Rabbi.

Allahuma Shalli wa Salim ‘Alaa Muhammad wa ‘Alaa Aalihi wa Ashakhaa bihii Ajma’in….

Ya Allah Ya Rabbana, pada hari nan fitri ini kami hamba-hambaMu duduk bersimpuh di bawah duli kebesaranMu. Kami datang ke haribaanMu.

Ya Allah, bukan sebagai pahlawan yang baru menang perang, dengan bendera ditangan kanan dan bintang bertebaran didada kiri. Tapi kami jelang keharibaanMu Ya Allah, untuk berdoa memohon ampun dengan penuh harap akan limpahan taufiq dan hidayahMu.

Ya Allah Ya Rabbana, tunjukkanlah kami jalan yang lurus, suatu jalan yang pernah ditempuh pleh orang-orang yang engkau kasihi. Semoga kami ini tiada akan menelusuri jalur-jalur yang sesat, suatu jalur yang pernah dilalui oleh orang-orang yang engkau murkai.

Ya Allah Ya Rabbana, tanamkanlah pada hati dan jiwa para pemimpin kami, pada para remaja kami, dan pada kami ini akan kejujuran Abu Bakar Ash Sidiq, Keberanian Umar Bin Khatab, Kebijaksanaan Utman Bin Affan, Kecerdasan dan Kepiawaian Ali bin abi thalib, Keperwiran Shalahudin Al-ayyubi, Kesetiaan dalam pengabdiaan sebagaiamana kesetiaan Kadijah, Keteguhan dalam berpendiriaan sebagaimana teguhnya pendirian Bilal Bin Raba’ah.

Ya Allah Ya Rabbana, kami umatMu saat ini ditengah berada diatas padang duri kemaksiatan, kami sedang menempuh dan berjalan di hamparan kedurhakaan, ditempat kami berlalu rumput-rumput kekufuran sedang tumbuh menyubur, disebelah kiri berbaris bintik-bintik kemunafikan dan disebelah kanan kami berlapis-lapis jajaran pagar keingkaran. Oleh karena itu Ya Allah Ya Rabbana, Tsabit Aqdaamanaa kokohkanlah tiang tonggak kami berpijak agar kami jangan sampai karam dan tenggelam dilanda arus situasi yang sedemikian rupa.

Ya Allah Ya Rabbana, diantara kami dan para pemimpin kami sedang berusaha kuat tenaga menyalakan dan menghidupkan cahaya kebenaranMu. Tatapi mereka para pemimpinnya sedang giat-giatnya menyalakan dan menghidupkan mercu suar keingkaran. Oleh karena itu Ya Allah Ya Rabbana, tempa dan bakarlah hati dan jiwa kami ini dengan makna kalimat Takbir, agar kami mampu dan dapat menegakakan keadilan dan kebenaranMu diatas persada dunia ini. Celup jantung nyali kami dengan makan Tauhid, agar seluruh amal perbuatan kami, tak pernah lepas dari apingan dan bimbinganMu.

Hiasi ruh dan semangat kami dengan makna kalimat Tauhid, agar kami mempu memancarkan cahaya islam, sehingga dunia dan penghuninya akan silau, bukan oleh mata pedang kami, tetapi mereka silau oleh pancaran akhlaqul karimah dari jejak laku langkah kami.

Ya Allah Ya Rabbana, didalam rangka menghadapi ketimpangan ketidakadilan dan kemungkaran yang tengah melanda dunia ini, rasa-rasanya kami tidak mampu berbuat lain, kecuali dengan Nughaiyyru Biqalbi melawan dengan sikap menentang keyakinan, mulut kami bisu, tangan kami tiada berkuku, kami ini adalah Agh’aful ‘Iimaani , kami adalah generasi selemah-lemahnya iman. Dari itu Ya Allah Ya Rabbana, berilah kami pertolongan, kesabaran dan keteguhan hati dalam rangka beramar ma’ruf nahi mungkar.

Ya Allah Ya Rabbana, kami pun menyadari sepenuhnya, bahwasahnya masih banyak diantara kami ini, yang seringkali melupakan kebenaran ayat-ayatMu, bahakan masih banyak diantara kami ini yang kadang-kadang pura-pura lupa tidak tahu akan peringatan-peringatanMu. Karena itu Ya Allah Ya Rabbana, ampunilah kekhilafan, kealpaan, kebodohan dan kesombongan kami ini. Ampunilah segenap kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih menghirup udaraMu, maupun mereka yang sudah pulang menghadap kehadiratMu.

Moh. Ega Elman Miska mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Taqqaballahu Minna wa Minkum, Shiyamanaa wa Shiyamakum
Minal Aidzin wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Tegal, 1 Syawal 1433 H

1 komentar:

  1. dan semoga Ya Allah Ya Kariim...
    Engkau berkenan memberikan gelar taqwa itu dengan ilmuMu..
    bukan dengan hitungan amal yang kami banggakan..
    bukan dengan keimanan yang kami tunjukkan..
    tapi dengan kasihMu yang tak tergantikan...

    Jangan biarkan kami dengan angkuh menebar jubah taqwa itu dihadapan manusia,Rabb...

    Biarkanlah kami menjadi hambaMu yang memiliki sebenar-benar iman..

    karena, jika telah tersedia mu'min yang benar, maka akan tersedia bersamanya seluruh sarana yang dibutuhkan.

    karena kekuatan yang utama itu adalah iman, tidak hanya aamanu namn mu'minu...

    Ridhai Rabb... Ridhai...

    Ied Mubarak...

    BalasHapus