Allahu
Akbar….Allahu Akbar….Allahu Akbar
La
‘illaha ‘illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Pertama kali dan yang
paling utama sekali, selaku manusia-manusia yang senantiasa mengaku dan
berikrar: Bahwa Allah adalah Tuhannya, sedang Muhammad adalah utusanNya.
Marilah dalam kesempatan
yang sebaik ini, kita bersama-sama memanjatkan puja dan puji serta rasa syukur
ke hadirat Illahi Rabbi, Yang Maha Pengasih tidak pilih kasih, dan Yang Maha
Penyayang dari segala nan kasih sayang.
Dia-lah yang Maha Besar,
Andaikata air laut Tuan Ubah menjadi tinta, kayu-kayu di hutan rimba belantara
Anda ubah menjadi kata, niscaya tidak akan dapat melukiskan tentang: Keagungan
maupun KebesaranNya, Maha Besar Allah dan Maha Kecil manusia.
Kemudian daripada itu,
mari kita sampaikan salam sejahtera gelimang sayang curahan kasihnya Allah,
semoga atas junjungan kita bersama Rasulullah Muhammad saw. Yang meskipun
beliau dikenal sebagai orang yang buta huruf, namun tidak buta hati. Seorang
Rosul yang telah mengajarkan kepada umatnya, bagaimana cara mengenal sikap
serta watak manusia ini. Diperkenalkan kepada umatnya, siapa-siapa manusianya
yang pura-pura menjadi teman, tetapi sesungguhnya dia adalah lawan dalam
selimut, siapa orang kafir dan siapa orang munafik, mana orang muslim dan mana
pula orang yang bukan mukmin.
Selanjutnya kita sampaikan
pula, salam sejahtera gelimang sayang curahan kasihnya Allah, semoga atas para
sahabat Nabi, di mana semangat juang mereka didalam membela Allah dan RasulNya,
ibarat orang berkata: tak pernah lekang oleh panasnya perjuangan dan tak pernah
lapuk oleh hujan penderitaan, sehingga berkat dukungan semangat juang
sedemikian coraknya, Islam dan ajaran-ajaran ini sampai ke tangan generasi
zaman kita ini.
Allahu
akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Dengan Terbenamnya mentari
di ufuk barat dan telah terbit kembali. Maka bulan suci Ramadhan yang penuh
berkah dan telah memberikan hikmah didikan kepada manusia, dia telah pergi dan
pulang sambil membawa catatan serta kenangan dari penyaksiaan atas amal
perbuatan insani selama sebulan penuh. Dia telah kembali menghadap ke haribaan
Allah, Melaporkan hasil surveynya selama ini. Dan Insya Allah Dia akan
berkunjung kembali tahun depan.
Sekaligus peristiwa itu,
mengantarkan manusia ini kepada suatau hari : yang disebut hari raya idul fitri
atau hari kembalinya manusia ke fitrah asal mulanya. Seperti diketahui bersama,
bahwa sahnya hari ini adalah satu dari dua hari raya di dalam agama islam, atau
hari besar Islam. Yakni: suatu hari dikandung maksud guna membesar-besarkan dan
mengagung-agungkan asma Allah dan sesungguhnya dihari ini tidaklah bermaksud
membesar-besarkan hawa nafsu ini, setelah di didik dan dikendalikan oleh yang
namanya puasa di bulan kemarin.
Oleh karena itu, didalam
berhari raya semacam ini, mari jadikan starting point atau titik tolak untuk
melaksanakan hasil didikan Ibadah Puasa kemarin, seraya bertaffaqur atau
berfikir jauh ke depan guna memepersiapkan diri ini untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban yang mungkin lebih berat ketimbang tugas dan kewajiban sebelum
berpuasa bulan kemarin. Ibarat orang berukara kata: Jadikan hari raya Idul
Fitri sekarang ini, laksana sebuah pangkalan sebagai tempat bertolak dan
sebagai pelabuhan tempat bersauh nantinya.
Manusia telah jauh dan
sedang mengkhianati nuraninya sendiri. Kepandaian makin meningkat, Kepintaran
makin melangit, kecerdasan dan kecerdikan makinmelejit. Namun, yang namanya
tanggung jawab makin terbengkalai. Apakah itu tanggung jawab kelangit sebagai
tempat bergantung? Ataukah itu tanggung jawan ke bumi sebagai tempat berpijak?
Akibatnya manusia persis kaya babi yang berhias diri. Walaupun babi berhias
memakai hiasan permata mutu manikam. Babi tetap babi, Jorok, kotor dank eras
kepala.
Manusia mencari damai
dibumi, tapi tidak pernah dibina damai di hati. Manusia selalu bertengkar dan
berperang. Namun nyaris selalu kalah. Kalah oleh keserakahan, Kalah oleh hawa
nafsu, kalah bertekuk lutut dihadapan putus asa, kalah dan keok oleh yang
namanya kepentingan pribadi.
Manusia lebih banyak
mneropong kealpaan dan kesalahan orang lain, malahan pura-pura tidak mau tahu
akan keluputan sendiri. Coba siapakah yang berani acung tan dan angkat bicara
bahwa ternyata: Aku ini pengebir amanat, aku ini pendusta dan pembohong, aku
ini pencuri pemakan suap, aku ini koruptor maling harta rakyat.
Bukankah kalau boleh
dipercaya, semua orang mengaku tidak pernah hidup dan berkehidupan
mewah-mewahan, yang tidak seimbang dengan penghasilan dan pedapatannya yang
halal menurut syara’ agama. Hampir setiap orang cenderung membentuk barisan
keseragaman, bukan komposisi yang harmonis lagi manis. Hampir semua orang
berlomba dan berpacu dalam satu ruang maupun waktu yang sama untuk ikut arus,
condong kemana angina berlalu, cari aman dan ambil muka. Hingga orang lebih
terpesona berbicara dengan penampilan ketimbang orang berkata dengan perbuatan.
Bukankah hingga hari ini,
setiap orang lebih gampang memberi nasihat, kritik dan saran, daripada diberi
nasihat dan diperingatkan. Bukankah hingga hari ini, kamus yang umum berlaku
adalah dia yang salah dan akulah yang benar, bukan urusan saya, tapi tanggung
jawab yang ada disana. Bahasa yang begitu coraknya hamper tiap hari bergema, saling
melempar tanggung jawab.
Seyogyanya, mulai saat ini
harus mengkaji kembali, sampai dimana dan sejauh manakah tanggung jawab
masing-masing pribadi terhadap keberadaannya di muka bumi ini. Maupun
keberadaan orang lain di tempat sama. Seharusnya semua pertanggungjawaban itu
di tanyakan kepada diri sendiriini, semenjak mulai sekarang, bukan nanti. Sebab
apabila ditangguhkan nanti saja, pasti akan terlambat dan jelas telat. Lantaran
yang namanya nanti atau kelak itu, segera akan jadi sekarang, sebagaimana yang
namanya sekarang akan mendadak jadi kemarin.
Mula-mula manusia berharap
dan bekerja dengan disertai cita angan yang mulia, lalu kebanyakan dari mereka
lupa diri dari langkah semula, yang kemudian manusia saling menuding
menyalahkan satu sama lain, Jika disana ada bencana dan musibah datang
menjelang, sesudah itu lantas manusia putus asa kembali.
Manusia diciptaka Tuhan
bukanlah kehendak manusia, bukan pula manusia yang menjadikan dirinya. Bumi
tempatnya tegak dan berpijak. Tidaklah manusia yang membikin, manusia hanya
telah mendapati bumi itu ada. Langit pun dijumpai manusia telah menjadi atap
dan tangan manusia tidak ikut campur menatanya. Namun, sayang manusia jarang
memikir sampai kesitu, bahakan kebanyakan manusia ini tidak mau menggunakan
akal dan pikirannya menurut titah-titah illahi, jangkauan pandangannya sering
terlalu sempit dan dangkal. Hingga manusia berkejaran membangun dunia, tapi
cuman sekedar dunianya masing-masing. Yang lebih celaka manusia ini didalamnya
didalam membangun dunianya tadi, mereka sangat mengorbankan nasib masa
depannya. Konon kabarnya sekarang kan zamannya dimana-mana orang bisa melakukan
penumpukan bukan pemrataan.
Tanyalah pada diri ini,
berapa banyak penyelwengan yang telah dilakukan, berapa banyak kerusakan yang
telah diakibatkan. Kemudian bandingkan dengan, berapa banyak amal jasa yang
telah ditanamkan, berapa banyak manfaat yang telah dihasilkan.
Mari singsingkan lengan
baju ini, hadapi hari esok itu dikira-kirakan sulit untuk diramalkan
keindahannya, namun bisa dan dapat dipersiapkan kegemintangannya mulai sekarag,
sekarang ini bukan besok atau lusa.
Tempuh dan arungilah hari
nan fitri ini dan hari-hari berikutnya hingga nanti datangnya lebaran tahun
mendatang, dengan langkah tegap nan pasti, penuh keyakinan kepercayaan pada
diri ini, untuk meraih kembali kebesaran dan kejayaan umat islam, umat
Muhammad.
Ketahuilah sejarah
membuktikan betapa Rasulullah Muhammad saw, memperoleh kesuksesan dan kemenagan
dalam perjuangannya, beliau bukan hanya dengan mengangkat tangan keatas saja,
tetapi beliau juga berjuang langsung turun ke medan. Kebesaran dan kejayaan umat
Muhammad dahulu bukanlah semata-mata hadiah dari langit, namun didapat melalui
simbahan keringat, cucuran air mata, tetesan darah dan kerja keras oleh
masing-masing pribadi umat.
Orang yang biasa dan bisa
mengambil sari pati manfaat dari sutu pelajaran sejarah atau riwayat masa
lalunya, dia tiada akan mencoba-coba main spekulasi dalam setiap langkah derap
hidupnya guna menempuh cita perjuangannya. Memang benar juga, bahwasahnya
mengukir serta membuat sejarah yang baik dan gemilang itu ternyata tidak semudah
mengatakannya dan tidak pula segampang melaksanakannya. Dan jika kita renungkan
dalam-dalam, kiranya kita ini sesungguhnya memiliki potensi dan kemampuan untuk
mengukir dan membuat sejarah yang baik dan gemilang itu. Cuman sayangnya
potensi dan kemampuan itu semntara ini tengah menghilang, entah kemana
terbangnya.
Allahu
akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Kita jangan terlalu bangga
dengan masjid-masjid yang baru kita bangun. Padahal, kita tidak pernah
memperhatikan mereka umat islam, yang langsung maupun tidak langsung telah
mendidik dan membiarkan putera-puterinya untuk menjauhi masjid sendiri.
Kita pun jangan
cepat-cepat menempuk dada ini, dengan orang-orang yang baru memeluk agama Islam
dari kepercayaan lain. Padahal kita sendiri tidak mau peduli akan orang-orang
islam, yang secara sadar tidak sadar mereka telah mendorong dan melemparkan
jauh-jauh anak keturunnya dari islam dan ajaran-ajarannya. Sehingga seribu yang
masuk tidak akan lebh dari sepuluh ribu yang keluar.
Dengan demikian dapat
diharapkan , bila setiap pribadi dari seorang Muslim, sudah mau memulai dirinya
untuk bangkit dan sadar akan tanggung jawabnya selaku Muslm, maka hal itu
adalah suatu pertanda permulaan kebangkitan islam dan umatnya.
Bila setiap pribadi dari
seorang Mukmin, sudah mulai dari dirinya, untuk mengutamakan shalat berjam’ah
daripada shalat menyendiri, sebagai misal, maka yang seperti itu, merupakan
suatu perbuatan permulaan untuk memakmurkan masjid dengan jama’ahnya. Sekaligus
memperkokoh tali silaturahmi antar umat ini.
Bila setiap pribadi dari
seorang pengucap syahadat itu, sudah memulai dari pribadinya sendiri, untuk
memperhatikan secara sungguh-sunguh kepentingan umat disamping kepentingan
pribadinya, maka yang begitu macam coraknya adalah suatu awal perbuatan bagi
terwujudnya ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan islam, dan sekaligus pula bagi
terbentuk prinsip Kaljasaadil Wahid.
Sesungguhnya umat Islam
itu laksana tubuh yang satu, dimana jika salah satu anggota dari tubuh yang
satu disakiti atau dianiaya, maka anggota tubuh yang lain itu pasti merasa
sakit juga.
Allahu
akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Tak
berkurang kekayaanMu jika Kau ijabah pintaku. Tak susut kerajaanMu jika Kau
ampuni dosaku. Maka ya Rabbi, aku menengadah di depan Duli. Akhirnya Di
Penghujung Ramadahn Bersambut Syawal Keminclong Atine, Sejenak kita menadahkan
tangan bermunajat dan berdo’a kehadirat illahi Rabbi.
Allahuma Shalli wa Salim ‘Alaa
Muhammad wa ‘Alaa Aalihi wa Ashakhaa bihii Ajma’in….
Ya
Allah Ya Rabbana, pada hari nan fitri ini kami hamba-hambaMu duduk bersimpuh di
bawah duli kebesaranMu. Kami datang ke haribaanMu.
Ya
Allah, bukan sebagai pahlawan yang baru menang perang, dengan bendera ditangan
kanan dan bintang bertebaran didada kiri. Tapi kami jelang keharibaanMu Ya
Allah, untuk berdoa memohon ampun dengan penuh harap akan limpahan taufiq dan
hidayahMu.
Ya
Allah Ya Rabbana, tunjukkanlah kami jalan yang lurus, suatu jalan yang pernah
ditempuh pleh orang-orang yang engkau kasihi. Semoga kami ini tiada akan
menelusuri jalur-jalur yang sesat, suatu jalur yang pernah dilalui oleh
orang-orang yang engkau murkai.
Ya
Allah Ya Rabbana, tanamkanlah pada hati dan jiwa para pemimpin kami, pada para
remaja kami, dan pada kami ini akan kejujuran Abu Bakar Ash Sidiq, Keberanian Umar
Bin Khatab, Kebijaksanaan Utman Bin Affan, Kecerdasan dan Kepiawaian Ali bin
abi thalib, Keperwiran Shalahudin Al-ayyubi, Kesetiaan dalam pengabdiaan
sebagaiamana kesetiaan Kadijah, Keteguhan dalam berpendiriaan sebagaimana
teguhnya pendirian Bilal Bin Raba’ah.
Ya
Allah Ya Rabbana, kami umatMu saat ini ditengah berada diatas padang duri
kemaksiatan, kami sedang menempuh dan berjalan di hamparan kedurhakaan,
ditempat kami berlalu rumput-rumput kekufuran sedang tumbuh menyubur, disebelah
kiri berbaris bintik-bintik kemunafikan dan disebelah kanan kami berlapis-lapis
jajaran pagar keingkaran. Oleh karena itu Ya Allah Ya Rabbana, Tsabit Aqdaamanaa kokohkanlah tiang
tonggak kami berpijak agar kami jangan sampai karam dan tenggelam dilanda arus
situasi yang sedemikian rupa.
Ya
Allah Ya Rabbana, diantara kami dan para pemimpin kami sedang berusaha kuat
tenaga menyalakan dan menghidupkan cahaya kebenaranMu. Tatapi mereka para
pemimpinnya sedang giat-giatnya menyalakan dan menghidupkan mercu suar
keingkaran. Oleh karena itu Ya Allah Ya Rabbana, tempa dan bakarlah hati dan
jiwa kami ini dengan makna kalimat Takbir, agar kami mampu dan dapat
menegakakan keadilan dan kebenaranMu diatas persada dunia ini. Celup jantung
nyali kami dengan makan Tauhid, agar seluruh amal perbuatan kami, tak pernah
lepas dari apingan dan bimbinganMu.
Hiasi
ruh dan semangat kami dengan makna kalimat Tauhid, agar kami mempu memancarkan
cahaya islam, sehingga dunia dan penghuninya akan silau, bukan oleh mata pedang
kami, tetapi mereka silau oleh pancaran akhlaqul karimah dari jejak laku
langkah kami.
Ya
Allah Ya Rabbana, didalam rangka menghadapi ketimpangan ketidakadilan dan
kemungkaran yang tengah melanda dunia ini, rasa-rasanya kami tidak mampu
berbuat lain, kecuali dengan Nughaiyyru
Biqalbi melawan dengan sikap menentang keyakinan, mulut kami bisu, tangan
kami tiada berkuku, kami ini adalah Agh’aful
‘Iimaani , kami adalah generasi selemah-lemahnya iman. Dari itu Ya Allah Ya
Rabbana, berilah kami pertolongan, kesabaran dan keteguhan hati dalam rangka
beramar ma’ruf nahi mungkar.
Ya
Allah Ya Rabbana, kami pun menyadari sepenuhnya, bahwasahnya masih banyak
diantara kami ini, yang seringkali melupakan kebenaran ayat-ayatMu, bahakan
masih banyak diantara kami ini yang kadang-kadang pura-pura lupa tidak tahu
akan peringatan-peringatanMu. Karena itu Ya Allah Ya Rabbana, ampunilah
kekhilafan, kealpaan, kebodohan dan kesombongan kami ini. Ampunilah segenap
kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih menghirup udaraMu, maupun mereka
yang sudah pulang menghadap kehadiratMu.
Moh.
Ega Elman Miska mengucapkan:
Selamat
Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Taqqaballahu
Minna wa Minkum, Shiyamanaa wa Shiyamakum
Minal
Aidzin wal Faidzin
Mohon
Maaf Lahir dan Batin
Tegal,
1 Syawal 1433 H
dan semoga Ya Allah Ya Kariim...
BalasHapusEngkau berkenan memberikan gelar taqwa itu dengan ilmuMu..
bukan dengan hitungan amal yang kami banggakan..
bukan dengan keimanan yang kami tunjukkan..
tapi dengan kasihMu yang tak tergantikan...
Jangan biarkan kami dengan angkuh menebar jubah taqwa itu dihadapan manusia,Rabb...
Biarkanlah kami menjadi hambaMu yang memiliki sebenar-benar iman..
karena, jika telah tersedia mu'min yang benar, maka akan tersedia bersamanya seluruh sarana yang dibutuhkan.
karena kekuatan yang utama itu adalah iman, tidak hanya aamanu namn mu'minu...
Ridhai Rabb... Ridhai...
Ied Mubarak...