Rabu, 05 September 2012

Merajut Hidup dari Menjual Paku

Kehidupan kian mencekik bagi seorang Bocah 11 tahun. Yayu wandini yang biasa dipanggil Ayu, adalah seorang pencari paku demi menopang hidup keluarganya. Sepulang sekolah Ayu tidak bisa menikmati masa-masa kecilnya dengan penuh canda dan tawa. Terkadang waktu bermain Ayu harus dikorbankan untuk mencari paku demi mendapat kepingan rupiah. Berbekal karung dan senjata andalan yang berupa magnet. Ya bermodal magnet Ayu mulai menuju tempat pembuangan sampah dan tumpukan rongsokan. Bagi ayu dengan bekerja sebagai pencari paku merupakan wujud bakti kepada orang tua. Bau tengik yang menyengat bagi Ayu sudah menjadi biasa walau kesehatannya terancam. Ditambah, dibawah terik matahari yang menyengat kulitnya ia terus mencari serpihan logam di tumpukan-tumpukan rongsokan. Tak cukup banyak paku dan logam-logam yang didapat ayu, ia mencari di selokan-selokan atau pinggiran jalan yang dilalui langkah ayu. 2-3 jam Ayu terus mencari rezeki demi mendapat kepingan rupiah. Ayu sangat bahagia bisa membantu kedua orang tuanya, walau ia telah banyak kehilangan masa bermainnya. Acap kali Ayu sering mendapat ejekan dari teman sebayanya “Ayu kadang sedih, menanggung semua ejekan yang dilontarkan pada Ayu sebagai pencari paku”. Ayu hanya ingin membahagiakan orang tuanya dengan mencari paku.

Ujang ayah Ayu, berharap besar bahwa anaknya bisa mendapatkan kebahagiaan sebagaimana mestinya. Namun tuntutan ekonomi keluarga membat keluarga Ayu harus tetap bertahan dengan mencari Paku.”Saya berharap ayu tidak mengikuti jejak orang tuanya yaitu sebagaI pencari paku”. Pendidikan yang tinggi itulah impian ayah Ayu. Ujang terus berusaha untuk mampu menafkahi anak dan istrinya. Dalam sehari Ujang hanya mendapatkan Rupiah yang nominalnya dibawah sepuluh ribu rupiah. Ayu tidak berhenti sebagia pencari paku, sepulang dari mencari paku Ayu berjualan kue yang dibuat tetangganya. Terkadang dalam sehari berjualan, dagangan ayu tak kunjung laku sedikitpun. Ayu begitu gigih membantu perekonomian keluarganya. Ia tak ingin melihat keluarganya sedih. Apalagi ayah Ayu yang terus digerogoti penyakit rematiknya. Tak cukup untuk membeli sesuap nasi, Ayu harus bsa mengobati penyakit ayahnya. Ayu beruntung masih memiliki teman bermain yang baik, sehingga ada secercah kebahagiaan yang bisa di dapat dimasa kecilnya.

Bagi Ayu masa depan yang penuh kebahagiaan ingin ia raih demi kedua orang tuanya.”Ayu ingin sekolah yang lebih tinggi dan bisa menjadi dokter” Ujar Ayu dalam tangis semangatnya. Sungguh durhaka kala ucapa salam selesai shalat hingga tak terpanjatkan doa bagi kedua orangtua. Ujang sangat sedih tak bisa banyak memberi kebahagiaan bagi Ayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar